Pusat Informasi dan Publikasi MAN 3 Majalengka

Saturday, November 23, 2024

Optimalisasi Digitalisasi dalam Meningkatkan Nasionalisme pada Generasi Muda (Strategi pengembangkan Kecintaan Terhadap Budaya dan Tanah Air di Era Digital)



 Pendahuluan

Digitalisasi menandai perubahan zaman di dua dekade terakhir. Prosesnya hampir terjadi di segala bidang kehidupan, tidak terkecuali pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negara kita Indonesia. Digitalisasi yang digaungkan oleh pemerintah selaku pemegang kebijakan diinisiasi untuk mengakhiri pelbagai permasalahan yang timbul akibat rumitnya penyelesaian secara tradisional atau manual.

Media sosial menjadi bagian tak terlepaskan dari digitalisasi telah menjadi bagian yang melekat dengan kehidupan sehari-sehari. Ketergantungan terhadap media sosial bisa dikatakan sudah menjadi ketergantungan bagi masyarakat Indonesia khususnya, waktu luang banyak dihabiskan untuk sekedar berselancar di media sosial.

Menurut databoks.katadata.co.id. yang dilansir oleh website RRI pada tanggal 29 Mei 2024 (https://www.rri.co.id/iptek/721570), data penggunaan media sosial tahun 2024 berjumlah total 191 juta pengguna (73,7% dari populasi), pengguna aktif  sebanyak 167 juta pengguna (64,3% dari populasi).

Dalam data tersebut juga di jelaskan bahwa platform media sosial terpopuler; Youtube sebanyak 139 juta pengguna (53,8% dari populasi), Instagram sebanyak 122 juta pengguna (47,3% dari populasi),  Facebook sebanyak 118 juta pengguna (45,9% dari populasi), Whatsapp sebanyak 116 juta pengguna (45,2% dari populasi) dan Tiktok sebanyak 89 juta pengguna (34,7% dari populasi)

Sementara dari segi umur sendiri, pengguna media sosial didominasi oleh usia 18-34 tahun (54,1%), dengan jenis kelamin perempuan (51,3%) sementara laki-laki (48,7%). Frekuensi penggunaan masyarakat indonesia rata-rata menghabiskan 3 jam 14 menit per hari dan 81% mengaksesnya setiap hari.

Media sosial juga dapat menjadi prototype baru dalam memahami dan mengamalkan nasionalisme, yang tidak hanya soal revolusi, perang angkat senjata, atau hal-hal simbolik belaka, tetapi juga dapat menjadi alternatif medium penguatan nasionalisme, khususnya bagi anak-anak muda. Media sosial juga dapat membangkitkan semangat nasionalisme melalui konstruksi teks media, yang dapat memiliki kekuatan efektif dalam membangkitkan semangat nasionalisme ketika martabat dan kedaulatan bangsa ini terganggu oleh pihak lain. (Media Sosial dan Penguatan Nasionalisme Dalam Tren dan Implikasinya di Era Digital, Naila dkk, 2024).

Hubungannya dengan pengembangan kecintaan terhadap tanah air dan kebudayaan, dalam tulisan ini, penulis akan memberikan strategi dan solusi yang dapat diterapkan di kalangan generasi muda di era digital. Adapun manfaat yang akan di bagikan adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya lokal, meningkatkan rasa bangga dan identitas nasional, serta melindungi kebudayaan dari kepunahan.

Strategi Optimalisasi Digitalisasi dalam Meningkatkan Nasionalisme pada Generasi Muda di Era Digital

Sebelum penulis memaparkan strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan kecintaan terhadap tanah Air dan Budaya, penulis memulai pembahasan dari hambatan-hambatan yang ditemui dalam meningkatkan nasionalisme generasi muda di era digital.

Pertama, maraknya budaya asing. Budaya asing yang populer di kalangan anak muda dapat mengurangi ketertarikan mereka terhadap budaya lokal. Dominasi budaya luar ini seringkali membuat budaya lokal tampak kuno atau kurang menarik. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk mengemas budaya lokal dengan cara yang lebih menarik dan relevan bagi generasi muda.

Kedua, tantangan infrastruktur. Di beberapa daerah, akses internet yang belum merata menjadi hambatan bagi masyarakat untuk mengakses konten digital terkait budaya lokal. Hal ini mempengaruhi upaya untuk mempopulerkan budaya melalui platform digital.

Setelah kita mengetahui hambatannya, penulis melanjutkan pada rancangan strategi yang bisa dilakukan dalam rangka pengembangan kecintaan pada Tanah air dan budaya di era digital.

Media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan dan mempopulerkan budaya lokal kepada generasi muda. Banyak konten creator yang interes mengemas budaya lokal dalam bentuk yang menarik, seperti video singkat tentang kuliner tradisional, tarian daerah, dan bahasa daerah. Misalnya, konten video yang memperlihatkan keindahan alam Indonesia atau tutorial singkat mengenai pakaian adat dari berbagai daerah dapat memancing ketertarikan generasi muda untuk mengeksplorasi lebih dalam.

Selain melaui media social, Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) memungkinkan pengguna untuk mengalami budaya secara interaktif. VR dapat membawa pengguna ke situs-situs bersejarah, museum, atau cagar budaya tanpa harus meninggalkan rumah. Pengalaman interaktif ini memberi kesempatan bagi mereka yang tidak dapat berkunjung langsung untuk merasakan dan memahami sejarah dan budaya Indonesia.

Permainan digital atau game edukatif yang memasukkan elemen budaya lokal dapat menjadi sarana efektif untuk mengembangkan kecintaan terhadap budaya. Misalnya, permainan yang mengangkat cerita rakyat, tokoh-tokoh pahlawan, atau karakter dari mitologi Indonesia bisa menarik minat generasi muda sekaligus memberikan edukasi.

Kecintaan terhadap budaya dan tanah air juga dapat ditanamkan melalui platform pendidikan online yang menyajikan konten-konten budaya dalam bentuk kursus atau modul. Platform ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan kerja sama antara pemerintah, sekolah, dan perguruan tinggi untuk mengintegrasikan materi budaya dalam pembelajaran formal. Misalnya, program pembelajaran daring tentang musik tradisional, seni rupa, atau sejarah nasional bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kekayaan budaya lokal.

Solusi dan Rekomendasi

Penulis melihat ada beberapa Solusi yang bisa dilakukan dalam rangka menghadapi hambatan dan mengoptimalkan digitaliasi.

Pertama, kemitraan dengan Pihak Swasta dan pemerintah: Kerja sama dengan perusahaan teknologi dan pemerintah dapat membantu menyediakan platform atau aplikasi yang berfokus pada budaya lokal. Contohnya, aplikasi yang memungkinkan pengguna mempelajari bahasa daerah atau fitur AR yang memberikan informasi tentang situs-situs bersejarah.

Kedua, program pendidikan budaya yang inovatif: Mengintegrasikan materi budaya dalam kurikulum pendidikan di sekolah dan universitas dengan metode yang interaktif, seperti belajar budaya melalui game, video, atau proyek kelompok yang melibatkan penggunaan teknologi digital.

Pelatihan untuk Konten Kreator: Memberikan pelatihan kepada konten kreator lokal agar mampu mengemas budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan relevan bagi audiens masa kini. Konten kreator ini bisa menjadi duta budaya yang mempromosikan budaya lokal melalui media digital.


Kesimpulan

Mengembangkan kecintaan terhadap budaya dan tanah air di era digital memerlukan pendekatan yang adaptif dan kreatif. Dengan memanfaatkan teknologi digital, budaya lokal dapat diperkenalkan dan dipopulerkan dengan cara yang menarik bagi generasi muda. Hanya dengan langkah-langkah konkret dan kerja sama dari berbagai pihak, kecintaan terhadap budaya dan tanah air dapat tetap hidup dan menjadi bagian integral dari identitas generasi muda di masa depan.


 

Daftar Pustaka

www.rri.co.id/iptek/721570/ini-data-statistik-penggunaan-media-sosial-masyarakat-indonesia-tahun-2024.

Naila dkk (2024), Media Sosial dan Penguatan Nasionalisme Dalam Tren dan Implikasinya di Era Digital, Jurnal Media Akademik, Vol 02, No 05.


Untuk Lomba Karya Esai Madrasah Kementerian Agama

Oleh : Adinda Putri Shahvilla / Kelas XI E MAN 3 Majalengka

No comments:

Post a Comment