Pembelajaran dengan inovasi yang menggunakan metode konvensional memungkinkan siswa mempraktikkan materi yang diajarkan menjadi lebih mudah. Dalam pembelajaran Biologi kelas X pada MAN 3 Majalengka, Dra. Aat Atmiawati guru mata pelajaran Biologi menerapkan metode ini untuk pembelajaran.
1. Membuat Tempe
Bioteknologi konvensional tempe adalah metode tradisional yang digunakan untuk menghasilkan tempe. Proses ini melibatkan fermentasi kedelai dengan bantuan mikroorganisme Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae.
Proses dimulai dengan merendam kedelai dalam air selama beberapa jam untuk menghilangkan kulit luar dan memudahkan fermentasi. Kemudian, kedelai direbus hingga matang dan dikeringkan. Setelah itu, kedelai yang sudah dikeringkan dicampur dengan starter tempe yang mengandung spora Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae.
Campuran kedelai dan starter tempe kemudian diinkubasi dalam wadah tertutup selama 24-48 jam pada suhu yang tepat (biasanya sekitar 30-40 derajat Celsius). Selama proses inkubasi, mikroorganisme dalam starter tempe akan tumbuh dan menghasilkan enzim yang mengubah kedelai menjadi tempe. Enzim ini akan mengubah protein kedelai menjadi asam amino yang lebih mudah dicerna dan juga memberikan aroma dan rasa khas tempe.
Setelah proses fermentasi selesai, tempe siap untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut menjadi berbagai hidangan. Tempe yang dihasilkan melalui bioteknologi konvensional ini memiliki tekstur yang padat dan rasa yang khas. Proses ini telah digunakan selama berabad-abad dan masih menjadi metode utama dalam produksi tempe secara tradisional.
2. Membuat Tapai Ketan dan Singkong
Tapai merupakan makanan tradisional Indonesia hasil fermentasi dari beras ketan atau singkong sebagai bahan baku, dengan mengikutsertakan aktivitas kapang dan khamir yang terdapat dalam ragi.
Mikroorganisme yang digunakan dalam proses pembuatan tape adalah Saccharomyces cerevisiae. Ini merupakan mikroorganisme berupa jamur dengan sel tunggal atau uniseluler yang lebih dikenal dengan sebagai ragi. Saccharomyces cerevisiae secara alami tumbuh pada buah-buahan, seperti kurma, anggur, beri, apel, persik, dan juga biji-bijian, misalnya gandum dan barley. Mikroorganisme ini juga telah digunakan sejak ribuan tahun lalu untuk membuat makanan, salah satunya adalah roti.
Tapai mengalami proses fermentasi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang akan menyebabkan perubahan sifat bahan pangan. Dalam proses pembuatan tapai terjadi perubahan dari karbohidrat menjadi glukosa oleh jamur Aspergillus oryzae, kemudian glukosa diubah menjadi alkohol oleh jamur Saccharomyces cerevisiae, sedangkan rasa asam pada tapai terjadi karena alkohol diubah menjadi asam asetat oleh bakteri Acetobacter aceti. Tapai memiliki rasa asam manis dan mengandung alkohol, namun tetap dianggap halal karena proses fermentasi yang melibatkan ragi.
No comments:
Post a Comment